Di balik tampilan UI yang “ramah pengguna”, ada strategi desain tertentu yang sengaja dibuat membingungkan, menyesatkan, atau menjebak pengguna. Inilah yang disebut sebagai dark pattern dalam UX—teknik desain yang terlihat biasa tapi sebenarnya dibuat untuk mendorong pengguna melakukan hal yang tidak mereka inginkan.
Meskipun bisa meningkatkan konversi jangka pendek, dark pattern justru merusak kepercayaan pengguna, merugikan reputasi brand, dan bahkan menyalahi etika (serta regulasi) di banyak negara.
Apa Itu Dark Pattern dalam UX?
Dark pattern adalah pola desain antarmuka yang sengaja dibuat untuk memanipulasi keputusan pengguna, sering kali dengan cara yang licik atau tersembunyi. Tindakan ini tidak hanya menyesatkan, tetapi juga bisa berdampak langsung pada privasi, finansial, atau kenyamanan pengguna.
Menurut Deceptive Design,
“Dark patterns are tricks used in websites and apps that make you do things that you didn’t mean to, like buying or signing up for something.”
Kenapa Dark Pattern Digunakan?
Beberapa alasan umum:
- Meningkatkan konversi jangka pendek
- Menekan biaya (misalnya, menyulitkan unsubscribe)
- Mengejar growth dengan cara yang instan
- Memanfaatkan ketidaktahuan atau kebiasaan user
Namun, penggunaan dark pattern hampir selalu berdampak negatif dalam jangka panjang.
Jenis-Jenis Dark Pattern dalam UX
Jenis Dark Pattern | Penjelasan | Contoh Umum |
---|---|---|
🔒 Roach Motel | Mudah masuk, sulit keluar | Mudah subscribe, sulit unsubscribe |
🙈 Hidden Cost | Biaya tambahan muncul di akhir | Ongkir/biaya admin baru terlihat di checkout terakhir |
❌ Confirmshaming | Menolak opsi dibuat memalukan | Tombol: “Saya tidak mau jadi pintar” |
🔄 Forced Continuity | Trial otomatis berubah jadi berlangganan | Trial 7 hari → langsung potong kartu |
↪️ Misdirection | Desain yang sengaja memancing salah klik | Tombol besar untuk “setuju”, kecil untuk “tolak” |
🧱 Trick Questions | Form dengan bahasa ambigu | Checkbox: “Jangan tidak mencentang untuk tidak menerima email” |
UX Design.cc menyebut:
“Dark patterns exploit human behavior. They turn UX from a tool of clarity into a weapon of confusion.”
Dampak Negatif Dark Pattern bagi Brand
🚫 1. Trust User Turun Drastis
Sekali merasa dibohongi, user cenderung tidak kembali.
⚖️ 2. Masalah Legal
Beberapa negara seperti UE (GDPR) dan AS mulai menindak praktik desain yang tidak transparan.
📉 3. Retensi Jangka Panjang Menurun
Pengguna mungkin konversi awal, tapi tidak loyal. Bounce tinggi, uninstall cepat.
🤬 4. Reputasi Rusak
Platform seperti Reddit dan Twitter cepat memviralkan brand yang “menjebak” pengguna.
Internal Link: Kontras dengan Prinsip Desain Aksesibilitas & Etis
Berbanding terbalik dengan dark pattern, desain etis dan aksesibilitas justru mendorong keterbukaan dan empati terhadap semua pengguna.
Baca juga: Desain Aksesibilitas: Bangun Produk Digital yang Ramah untuk Semua
Cara Menghindari & Menghapus Dark Pattern
✅ 1. Gunakan Bahasa Jelas & Netral
Hindari kalimat berlapis ganda atau yang membuat bingung.
✅ 2. Tampilkan Biaya di Awal
Transparansi sejak awal membangun kepercayaan.
✅ 3. Buat CTA yang Seimbang
Tombol “ya” dan “tidak” harus sama terlihat dan mudah dipahami.
✅ 4. Uji Etika dalam Proses Desain
Gunakan checklist atau feedback dari tim legal dan riset UX.
Alternatif Praktik UX yang Etis
- 🎯 Gunakan onboarding jujur (tanpa jebakan)
- 📤 Mudahkan proses unsubscribe dan delete akun
- 🧠 Fokus pada value-based design
- 🤝 Libatkan pengguna dalam pengambilan keputusan (eksperimen A/B yang terbuka)
Kesimpulan: Desain UX yang Jujur Lebih Kuat dari Tipuan
Dark pattern dalam UX mungkin menggoda karena terlihat efektif secara angka. Namun, pengguna modern jauh lebih kritis dan sadar. Mereka bisa membedakan mana produk yang “membantu” dan mana yang “menjebak”.
Sebagai desainer, kita punya tanggung jawab untuk membangun produk digital yang transparan, jujur, dan menghargai pengguna. Karena desain terbaik adalah yang membimbing—bukan menipu.