Desain Web 3.0 bukan sekadar tampilan futuristik, tapi representasi dari filosofi baru internet—terdesentralisasi, terbuka, dan berbasis komunitas. Di tengah perkembangan blockchain, NFT, dan DAO, peran desainer berubah dari sekadar merancang UI menjadi perancang pengalaman yang selaras dengan prinsip keterbukaan, anonimitas, dan kepemilikan data.
Artikel ini akan membahas bagaimana desain web berevolusi menuju era Web3: mulai dari prinsip utama, estetika visual, hingga tantangan dan tools yang digunakan oleh para desainer modern.
Apa Itu Web 3.0 dan Perbedaannya dari Web 2.0
Web 2.0 = terpusat. Data disimpan di server perusahaan (Google, Meta, dll)
Web 3.0 = terdesentralisasi. Pengguna punya kendali atas data & aset digital mereka
Seperti dijelaskan di Ethereum.org:
“Web3 allows users to interact with applications in a trustless and permissionless way—eliminating the need for intermediaries.”
Implikasinya bagi desainer:
- UI harus intuitif meski terhubung ke wallet & blockchain
- Estetika lebih eksperimental, komunitas-driven
- Transparansi dan keterbukaan jadi nilai utama
Ciri Khas Desain Web 3.0
1. Integrasi Wallet & Identity Layer
Interface Web3 sering meminta pengguna untuk connect wallet (Metamask, WalletConnect, dsb). Desain harus:
- Cepat, aman, dan tidak membingungkan
- Memberikan notifikasi saat transaksi berjalan
- Menampilkan balance & status aset dengan jelas
2. Desain Berbasis Komunitas
Banyak situs Web3 adalah DAO atau komunitas NFT. Desain mereka:
- Transparan, menampilkan governance & vote
- Komunitas-first: menonjolkan profil, forum, badge anggota
3. Visual Glitch, Neon, dan Brutalisme
Desain Web 3.0 sering mengusung:
- Neo-glitch, pixel retro, atau cyber-futuristic
- Palet neon (ungu, biru, pink), font custom, layout asimetris
- Efek visual dinamis: paralaks, scroll interaktif, animasi 3D
Designmodo menyebut:
“Web3 aesthetics blur the line between digital art and interface—pushing the boundary of what a website looks like.”
Prinsip UX dalam Desain Web 3.0
🟢 Educate by Design
User Web3 sering baru. Gunakan:
- Onboarding visual (langkah-langkah connect wallet)
- Tooltip untuk istilah seperti “staking”, “minting”, “gas fee”
🟢 Feedback is Critical
Blockchain = lambat & kompleks. Desain wajib:
- Menampilkan loading bar untuk transaksi
- Konfirmasi sukses/gagal dengan jelas
- Memberi preview sebelum konfirmasi wallet
🟢 Responsif & Mobile-Ready
Meskipun tech-forward, banyak pengguna mengakses Web3 dari mobile. Pastikan desain:
- Adaptif
- Tidak berat animasi
- UI penting tetap besar & klik-able
Contoh Website Web 3.0 dengan Desain Unggul
✅ Zora.co
Marketplace NFT open source. Desain bersih, elemen modular, dan interface wallet ringan.
✅ Mirror.xyz
Platform publishing berbasis blockchain. UI minimal, interaktif, dengan struktur yang familiar bagi penulis Web2.
✅ OpenSea.io
Pasar NFT terbesar. Kombinasi UX tradisional + elemen blockchain (wallet, listing, gas fee)
Awwwards bahkan mencatat peningkatan nominasi situs Web3 sejak akhir 2023.
Tools & Framework Pendukung Desain Web 3.0
- Figma: utama untuk wireframe & prototipe
- Framer: ideal untuk animasi interaktif
- Webflow: visual builder dengan kemampuan custom layout
- Three.js / Rive: untuk motion/3D interaktif
- RainbowKit / Wagmi / Web3Modal: plugin desain wallet connect
Internal Link: Konsistensi Visual untuk Brand Desentralisasi
tetap membutuhkan konsistensi tipografi dan warna agar brand tetap kuat meskipun bersifat komunitas.
Baca juga: Filosofi Tipografi: Makna Visual di Balik Huruf untuk memahami peran bentuk huruf dalam membangun kepercayaan dan nilai digital.
Kesimpulan: Desain Web 3.0 Adalah Medium Eksperimen & Kepercayaan
Desain Web 3.0 bukan hanya desain visual—ini adalah terjemahan dari nilai-nilai desentralisasi ke dalam pengalaman digital. Keterbukaan, transparansi, dan kolaborasi komunitas adalah hal utama yang harus tercermin dalam setiap elemen UI.
Buat desainer, ini adalah kesempatan langka: membentuk bahasa visual baru di era teknologi yang sedang dibangun bersama-sama.