Dalam beberapa tahun terakhir, desain UI terus bertransformasi. Dari flat design ke material, lalu datanglah neumorphism—gaya visual yang memadukan kedalaman halus, bayangan lembut, dan sentuhan realistis.
Neumorphism dalam UI menawarkan nuansa baru: elegan, lembut, dan futuristik. Tapi, tren ini juga menuai kritik dari sisi aksesibilitas dan fungsionalitas. Jadi, apakah ini sekadar tren visual atau strategi desain yang layak dipertimbangkan?
Apa Itu Neumorphism dalam UI?
Neumorphism (singkatan dari “New Skeuomorphism”) adalah gaya desain UI yang menciptakan ilusi kedalaman halus dengan:
- Soft shadows (bayangan luar dan dalam)
- Background warna seragam
- Elemen terlihat “tertanam” atau “terangkat”
- Transisi lembut tanpa garis tegas
Efeknya: tombol atau kartu tampak seperti bagian dari permukaan itu sendiri.
“Neumorphism is UI design whispering, not shouting.”
— Michal Malewicz, Hype4 Founder
Internal Link: Skeuomorphism 2.0
Neumorphism adalah evolusi dari gaya skeuomorphism klasik, tapi dengan pendekatan minimalis modern.
Baca juga: Skeleton Screen vs Loading Spinner: Mana Lebih Baik di UX?
Keunggulan Neumorphism: Estetika yang Memikat
✅ 1. Tampilan Minimalis Futuristik
Cocok untuk aplikasi modern yang ingin tampil soft, bersih, dan premium.
✅ 2. Konsistensi Visual
Karena latar belakang dan elemen punya warna senada, antarmuka terlihat rapi dan harmonis.
✅ 3. Cocok untuk UI Statis atau Dashboard Visual
Digunakan pada elemen non-utama, neumorphism bisa jadi aksen desain elegan.
Tantangan Neumorphism dalam Praktik UX
Tantangan UX | Dampak pada Pengguna |
---|---|
🔳 Kontras Rendah | Sulit dibaca oleh pengguna dengan gangguan penglihatan |
🧭 Tidak Jelas Mana Interaktif | Tombol kadang tidak terlihat bisa diklik |
⚠️ Tidak Cocok di Dark Mode | Shadow dan highlight bisa terlihat aneh atau hilang |
📱 Kurang Responsif di Mobile | Efek “tertanam” sering hilang saat skala mengecil |
Menurut Smashing Magazine, neumorphism sering gagal dalam hal aksesibilitas dan responsifitas, terutama di UI dinamis.
Kapan Neumorphism Cocok Digunakan?
✅ UI Showcase & Portfolio Designer
✅ Widget cuaca, kartu status, atau informasi pasif
✅ Dashboard IoT atau smart device
✅ Aplikasi modern dengan fokus aesthetic over speed
Kapan Sebaiknya Dihindari?
❌ Aplikasi produktivitas atau input tinggi (form, tabel, navigasi)
❌ Layanan publik atau B2B dengan kebutuhan aksesibilitas ketat
❌ Situs e-commerce (karena butuh kejelasan CTA dan hierarchy visual)
Alternatif atau Perpaduan: Glassmorphism & Flat Hybrid
Alih-alih menggunakan 100% neumorphism, banyak desainer menggabungkannya dengan:
- Flat design (untuk bagian interaktif)
- Glassmorphism (untuk efek transparansi)
- Material Design (untuk navigasi dan feedback)
Hasilnya? UI yang modern tapi tetap usable.
Tools untuk Desain Neumorphism
- Figma Plugin: Neumorphism
- CSS Generator: https://neumorphism.io/
- Adobe XD + Shadows
- Lottie Animations untuk transisi tombol lembut
- TailwindCSS Custom Shadow Utilities
Studi Kasus Neumorphism di Dunia Nyata
🛋️ Smart Home Dashboard (Konsep)
Elemen seperti suhu, pencahayaan, dan kamera dibuat seolah “terbenam” di layar. Efek visualnya soft dan tidak mengganggu.
🎛️ Audio Player UI
Neumorphism cocok untuk kontrol volume, tombol play/pause, dan meter.
💼 UI Portfolio Designer
Menunjukkan estetika soft tanpa kehilangan personal branding.
Kesimpulan: Neumorphism Butuh Tempat yang Tepat
Neumorphism dalam UI adalah gaya yang kuat secara visual, tapi sensitif terhadap konteks penggunaannya. Ketika digunakan dengan bijak—dan tidak mendominasi seluruh antarmuka—neumorphism bisa menjadi aksen desain modern yang meningkatkan estetika tanpa mengorbankan fungsionalitas.
Estetika boleh memikat, tapi usability tetap prioritas utama.